The Mooner Roket Rock Psikedelik dari Bandung yang Siap Membawa Kamu Terbang

the mooner
the mooner

Kalau kamu pecinta musik lokal yang doyan suara fuzz tebal, distorsi liar, dan nuansa psikedelik yang kental, The Mooner wajib banget masuk playlist kamu. Band asal Bandung ini bukan band sembarangan. Mereka bisa dibilang salah satu penanda kebangkitan kembali musik rock beraroma vintage di skena musik Indonesia. Musik mereka kayak kapsul waktu yang dikirim dari era 70-an, tapi dengan sentuhan modern yang tetap relevan buat telinga anak zaman sekarang.

Siapa sih The Mooner?

The Mooner adalah band rock psikedelik asal Bandung yang udah eksis sejak pertengahan 2010-an. Gaya musik mereka banyak dipengaruhi oleh heavy rock era 60-70-an, mulai dari Black Sabbath, Led Zeppelin, sampai band-band obscure kayak Blue Cheer atau Hawkwind. Tapi meskipun pengaruhnya jelas dari luar negeri, The Mooner tetap punya identitas sendiri yang khas banget—terutama karena mereka sering nulis lagu dalam bahasa Indonesia dengan gaya lirik yang nyastra, surealis, dan kadang absurd.

Band ini jadi makin dikenal karena personel-personelnya juga bukan orang baru di dunia musik. Salah satu nama yang mencolok tentu Marshella Safira alias Cella, vokalis perempuan dengan suara serak berkarakter yang jadi ciri khas utama The Mooner. Selain itu, ada juga personel dari band-band lain seperti The SIGIT dan Sigmun yang bikin proyek ini jadi semacam supergroup-nya skena rock lokal.

Musiknya Kayak Apa?

Kalau disuruh ngejelasin musik The Mooner dalam satu kata, mungkin “berat” adalah pilihan yang pas. Tapi berat di sini bukan cuma soal sound, tapi juga soal suasana. Musik mereka seringkali gelap, atmosferik, dan padat, penuh distorsi dan efek-efek gitar yang ngebentuk lapisan suara tebal kayak kabut. Tapi di balik itu semua, ada groove dan hook yang bikin lagunya tetap bisa dinikmati bahkan sama yang bukan anak metal atau rock keras.

Beberapa lagu mereka punya riff yang gampang diingat, tapi dikemas dengan aransemen yang enggak biasa. Ada lagu yang progresif dengan durasi panjang, tapi ada juga yang pendek, padat, dan langsung to the point. Elemen psikedeliknya kerasa banget dari penggunaan efek-efek delay, reverb, dan wah-wah yang bikin kesannya kayak lagi ngambang di luar angkasa.

Album dan Lagu-Lagu yang Patut Didengerin

The Mooner udah ngeluarin beberapa album yang masing-masing punya warna sendiri, tapi tetap dengan benang merah yang kuat: rock berat yang psikedelik dengan lirik Indonesia yang nyentrik.

1. Tabrak Larang (2018)

Ini adalah album debut mereka yang langsung nunjukin kalau mereka serius banget. Lagu-lagu kayak Ingkar dan Pagar Api langsung nempel di kuping. Dari segi sound, album ini full fuzz dan raungan gitar—bener-bener kayak dijeblosin ke dalam lorong waktu.

2. O.M (2020)

Album ini lebih eksperimental dan terasa lebih matang dari sisi produksi. Lagu-lagunya tetap liar, tapi juga punya dinamika yang lebih halus. Di album ini, mereka lebih banyak eksplorasi lirik dan mood yang lebih luas—kadang melankolis, kadang penuh kemarahan, tapi tetap nge-fuzz parah.

Selain dua album utama itu, mereka juga sempat ngerilis beberapa single yang solid dan tampil di beberapa proyek kolaborasi. The Mooner bukan tipe band yang tiap tahun ngerilis banyak lagu, tapi sekali rilis, kualitasnya enggak main-main.

Lirik yang Penuh Imajinasi dan Bahasa yang Puitis

Salah satu keunikan The Mooner ada di lirik-lirik mereka yang gak biasa. Banyak band rock Indonesia nulis lirik soal cinta atau pemberontakan, tapi The Mooner lebih suka main di ranah simbolik dan surealis. Kadang kamu bisa ngerasa kayak lagi baca puisi absurd, kadang kayak lagi diajak bertapa di atas gunung sambil ngebahas karma dan kekosongan.

Contohnya, di lagu Tabrak Larang, kamu bisa nemuin lirik yang membahas batas-batas moral dan realitas dalam balutan kata-kata yang enggak langsung. Sementara lagu seperti Racun Ratu Rimba penuh dengan metafora liar dan nuansa mistis. Ini bukan lirik yang gampang dicerna, tapi justru itu yang bikin asik—karena kamu bisa nemuin makna baru setiap kali dengerin ulang.

Penampilan Live yang Bikin Trance

Kalau kamu pernah nonton The Mooner live, pasti ngerti kenapa banyak yang bilang penampilan mereka kayak ritual. Suasana panggung mereka selalu gelap, penuh asap, dan intens banget. Suara fuzz gitar dan raungan vokal Marshella bikin suasana jadi kayak trans kolektif. Gak banyak omong, tapi energinya dapet. Bahkan yang belum pernah denger lagunya pun bisa langsung kebawa suasana.

Mereka juga sering tampil di festival-festival alternatif kayak Synchronize Fest, RRREC Fest, dan acara gig independen lainnya. Penampilan mereka selalu ditunggu-tunggu karena energi panggung mereka emang beda dari band-band kebanyakan.

Kenapa The Mooner Layak Kamu Dengerin?

  1. Sound yang Unik dan Autentik
    Mereka punya ciri khas suara yang langsung bisa dikenali. Gak nyontek mentah-mentah dari band luar, tapi mengolah pengaruh jadi sesuatu yang orisinal.

  2. Lirik yang Anti Mainstream
    Bukan lirik cinta klise, tapi lebih ke puisi liar yang penuh makna tersembunyi.

  3. Atmosfer Musik yang Dalam
    Cocok buat kamu yang suka musik yang bisa bikin mikir, merenung, atau bahkan ketiduran sambil nge-fuzz.

  4. Totalitas dalam Estetika
    Mulai dari artwork album, kostum panggung, sampai cara mereka membawakan lagu—semuanya punya estetika yang konsisten dan kuat.

The Mooner bukan sekadar band rock. Mereka adalah representasi dari semangat eksplorasi dan keberanian untuk beda di tengah industri musik yang kadang monoton. Dengan lirik yang puitis, musik yang tebal dan atmosferik, serta penampilan live yang trance banget, The Mooner sukses membentuk dunia mereka sendiri—dan mengajak pendengarnya untuk masuk ke dalamnya.

Kalau kamu pengen denger musik lokal yang punya rasa internasional tanpa kehilangan identitas, The Mooner jelas layak kamu telusuri lebih dalam. Siap-siap aja diajak terbang ke dimensi lain lewat suara fuzz, distorsi, dan mantra lirik yang misterius.

Scroll to Top