
Kalau lo suka musik metal yang cepet, liar, dan penuh energi, terus lo belum pernah denger album The Art of Partying dari Municipal Waste, berarti lo ketinggalan pesta terbesar di dunia thrash! Album ini adalah bukti nyata kalau thrash metal nggak melulu soal kematian dan kegelapan—kadang, thrash juga bisa soal… minum bir, moshing sampe pingsan, dan hancurin tempat pesta!
Dirilis tahun 2007, The Art of Partying adalah album ketiga Municipal Waste, dan bisa dibilang ini adalah karya yang paling meledak secara popularitas. Album ini solid dari awal sampe akhir, penuh dengan anthem-anthem singkat yang kayak peluru: cepat, padat, dan bikin pengen headbang terus.
Nah, kali ini kita bakal kulik tuntas album The Art of Partying — dari sejarahnya, isi lagunya, kenapa ini penting, sampai hal-hal gokil di balik pembuatannya. Jadi siapin kaleng bir dan buka pit-nya, bro!
Municipal Waste: Siapa Mereka?
Sebelum kita bahas albumnya, kenalan dulu dikit sama band-nya. Municipal Waste itu band thrash metal dari Richmond, Virginia, AS. Mereka berdiri tahun 2001, dan dari awal emang udah niat ngebangkitin semangat crossover thrash — campuran antara thrash metal dan hardcore punk yang duluan dipopulerin band kayak D.R.I., Suicidal Tendencies, dan Nuclear Assault.
Musik mereka itu brutal, cepet, dan… lucu. Yup, dibanding band thrash lain yang kadang terlalu serius, Municipal Waste punya ciri khas: humor gelap, tema pesta, dan lirik absurd. Tapi jangan salah, meskipun kocak, skill musik mereka seriusan jago!
The Art of Partying: Sejarah dan Konteks
The Art of Partying dirilis tanggal 12 Juni 2007 lewat label Earache Records. Waktu itu, dunia thrash lagi pelan-pelan bangkit setelah sekian lama tenggelam karena dominasi grunge, nu-metal, dan metalcore. Nah, Municipal Waste hadir bagaikan minuman keras di tengah pesta yang mulai sepi.
Dengan album ini, mereka ngebawa semangat 80-an tapi dikemas ulang biar lebih segar. Lagunya pendek-pendek, rata-rata cuma 1-2 menit, tapi gak ada yang nanggung. Semua langsung tancap gas, no filler, all killer.
Daftar Lagu The Art of Partying
Album ini punya 16 track (17 kalau lo dapet versi spesial), dan semuanya bisa dibilang anthem party metal. Nih daftarnya:
-
Pre-Game
-
The Art of Partying
-
Headbanger Face Rip
-
Mental Shock
-
A.D.D. (Attention Deficit Destroyer)
-
The Inebriator
-
Lunch Hall Food Brawl
-
Beer Pressure
-
Chemically Altered
-
Sadistic Magician
-
Open Your Mind
-
Radioactive Force
-
Septic Detonation
-
Rigorous Vengeance
-
Born to Party
-
Bonus Track: Thrashing’s My Business… and Business is Good
Semua lagu di atas bisa lo dengerin kurang dari 40 menit total, tapi energi yang lo dapet rasanya kayak dengerin konser full set di tengah mosh pit.
Lagu-Lagu Andalan yang Wajib Lo Dengerin
1. The Art of Partying
Lagu ini kayak pengantar dari album ini. Liriknya simple banget tapi fun: “This is the art of partying, we’re gonna have a blast tonight!” Lagu ini ngajak lo buat buang jauh-jauh masalah hidup dan nikmatin hidup lewat pesta. Simpel tapi efektif.
2. Headbanger Face Rip
Namanya aja udah brutal. Lagu ini bercerita tentang moshpit dan bagaimana “face lo bisa tercabik” karena keganasan headbanging. Gokil dan cocok banget buat lo yang pengen cari soundtrack saat lagi ngelabrak crowd.
3. Sadistic Magician
Salah satu lagu paling catchy di album ini. Riff-nya nyantol, temponya pas buat pogo dan circle pit. Liriknya absurd tapi tetap seru—kayak nonton kartun metal versi dewasa.
4. Born to Party
Penutup album yang legendaris. Ini kayak semacam deklarasi hidup Municipal Waste dan fansnya: kita lahir buat pesta, moshing, dan hidup barbar. Di konser, ini lagu yang paling sering bikin crowd pecah total.
Ciri Khas Album The Art of Partying
1. Durasi Lagu yang Cepet Banget
Bayangin aja, ada lagu yang cuma 50 detik tapi tetep bisa nendang. Gak ada basa-basi. Langsung intro, riff, vokal, solo, selesai. Efektif dan efisien kayak fast food… tapi versi musik.
2. Artwork yang Over-the-Top
Cover albumnya penuh darah, zombie, dan pesta pora. Karya Ed Repka—artis legendaris yang juga bikin cover buat Megadeth dan Death. Gambar ini langsung ngegambarin isi album: chaos, fun, dan gila.
3. Gaya Vokal Tony Foresta
Vokalist Tony Foresta punya suara khas yang nge-blend antara hardcore punk dan thrash. Kadang teriak kayak orang kesurupan, kadang lebih seperti ngedumel sambil mabuk. Tapi itu yang bikin karakternya kuat.
Kenapa The Art of Partying Penting Buat Thrash Metal?
Waktu album ini keluar, banyak orang yang nganggep thrash metal udah mati. Tapi Municipal Waste dateng dan bilang, “Hey, thrash is alive and still partying, bro!” Mereka ngebawa generasi baru ke genre ini. Anak-anak muda mulai lagi pakai patch denim, headbang, dan ngegalak di mosh pit.
Bahkan beberapa media musik waktu itu mulai melirik lagi thrash gara-gara album ini. Banyak band baru yang muncul bawa semangat serupa: Toxic Holocaust, Gama Bomb, Evile, Warbringer. Bisa dibilang, The Art of Partying adalah pemantik kebangkitan “New Wave of Thrash Metal”.
Fakta Unik The Art of Partying
-
Lagu “Born to Party” punya tagline “Municipal Waste is gonna fuck you up!”
Kalimat ini jadi semacam slogan band-nya sampai sekarang. Lo bisa temuin di kaos, poster, dan bahkan dijadiin chant pas konser. -
Mereka syuting video klip kayak film horor campy
Video klip “Headbanger Face Rip” dan “Sadistic Magician” kayak film zombie 80-an, penuh darah bohongan dan efek murah. Tapi justru itu yang bikin keren dan lucu. -
Album ini jadi favorit banyak skater dan BMX rider
Karena beat-nya yang cepet dan agresif, lagu-lagu dari album ini sering banget nongol di video-video skate atau BMX. Energinya emang cocok banget buat olahraga ekstrem.
The Art of Partying = Thrash + Fun + Chaos!
The Art of Partying bukan cuma album, ini adalah gaya hidup. Lewat album ini, Municipal Waste ngajarin kita bahwa hidup terlalu singkat buat dipake stress melulu. Mendingan lo headbang, moshing, dan minum bir bareng temen-temen.
Album ini cocok banget buat lo yang suka thrash metal, hardcore punk, atau sekadar pengen dengerin musik yang nendang tapi nggak terlalu serius. Semua elemen ada di sini: riff yang tajam, drum yang cepet, vokal liar, dan lirik yang penuh attitude.