
Kalau lo tumbuh besar di era awal 2000-an dan ngubek-ubek CD kompilasi punk kayak Punk-O-Rama atau nontonin MTV2 jam 1 pagi, kemungkinan besar lo pernah denger band satu ini: Rufio. Nama band ini emang ngingetin sama karakter Lost Boys dari film Hook (1991), tapi musik mereka jelas lebih dari sekadar nostalgia film—ini suara khas generasi yang tumbuh di tengah kebangkitan pop punk, skate, dan celana skinny ketat.
Nah, di artikel ini kita bakal bahas tuntas tentang Rufio: siapa mereka, kenapa mereka sempat meledak, kenapa mereka juga sempat tenggelam, dan kenapa lo harus banget ngasih kesempatan buat dengerin lagu-lagu mereka lagi.
Asal Mula Rufio: Dari Garasi ke Panggung Warped Tour
Rufio terbentuk di sekitar Rancho Cucamonga, California, tahun 2000. Band ini awalnya terdiri dari:
-
Scott Sellers – vokal & gitar
-
Jon Berry – bass & backing vocal
-
Mike Jimenez – drum
-
Clark Domae – gitar
Mereka ngambil nama Rufio dari karakter di film Hook, yang juga simbol semangat muda yang rebel tapi tetap loyal sama “geng”. Cocok banget sama karakter musik mereka yang ngegas terus tapi tetap harmonis.
Di saat dunia lagi keranjingan Blink-182 dan New Found Glory, Rufio hadir sebagai alternatif buat yang pengen pop punk yang lebih cepat, lebih teknikal, dan lebih melodius. Lagu-lagu mereka lincah banget, kadang kayak campuran antara NOFX, Strung Out, dan sedikit sentuhan emo yang halus.
Debut Album: Perhaps, I Suppose… (2001)
Album debut mereka, Perhaps, I Suppose…, dirilis lewat The Militia Group, dan langsung nendang keras di komunitas underground.
Beberapa lagu yang jadi andalan:
-
“Above Me”
-
“Still”
-
“Dipshit”
Gitar di album ini cepet banget, vokalnya tinggi dan penuh emosi, dan drum-nya kayak dikejar waktu. Tapi yang bikin Rufio beda dari band pop punk kebanyakan waktu itu adalah kompleksitas aransemen mereka. Ada banyak dinamika, breakdown, dan harmoni gitar yang nempel di kepala.
FYI, album ini juga jadi salah satu rilisan indie paling dicari di awal 2000-an karena distribusinya sempat terbatas sebelum akhirnya dirilis ulang.
Naik Daun: MCMLXXXV (2003)
Nah, ini nih album yang bikin Rufio makin dikenal luas. Judulnya MCMLXXXV (alias “1985” dalam angka Romawi) dan dirilis lewat Nitro Records—label milik Dexter Holland dari The Offspring.
Album ini lebih polished, lebih catchy, dan tetap menjaga ciri khas Rufio yang melodius dan energik.
Track wajib:
-
“Out of Control”
-
“White Lights”
-
“Set It Off”
Lo bisa denger pengaruh dari melodic hardcore dan skate punk di setiap lagu. Tapi di sini mereka juga mulai eksplorasi sound yang lebih dewasa—nggak sekadar ngebut, tapi juga ngasih napas lewat lagu yang lebih tenang kayak “Over It”.
Album ini sukses secara komersil dan nganterin mereka ke panggung-panggung gede kayak Warped Tour. Rufio resmi jadi bagian dari generasi emas pop punk awal 2000-an.
Eksperimen yang Bikin Kaget: The Comfort of Home (2005)
Setelah sukses besar, Rufio balik dengan album ketiga: The Comfort of Home. Di sinilah mereka mulai eksperimentasi lebih jauh, dan… jujur aja, ini album yang cukup nge-split fans mereka.
Album ini lebih gelap, lebih berat, dan secara struktur lagu juga lebih kompleks. Banyak fans lama yang berharap dapet vibe ceria kayak di Perhaps… agak kecewa. Tapi secara musikalitas? Album ini jago banget.
Coba dengerin:
-
“A Simple Line”
-
“Never Learn”
-
“Walk Don’t Run”
Meskipun secara energi tetap Rufio banget, tapi ada nuansa depresif dan reflektif yang sebelumnya gak terlalu dominan. Bisa dibilang, ini versi “coming of age” mereka.
Bubar Jalan, Balik Lagi, Terus Bubar Lagi
Setelah The Comfort of Home, konflik internal dan burnout bikin Rufio sempat bubar tahun 2007. Mereka sempat bikin farewell show, dan fans sedih banget karena band ini seolah nggak dapat pengakuan sebesar yang mereka layak dapat.
Tapi eh, tahun 2010 mereka comeback lagi! Mereka rilis EP The Loneliest dan album Anybody Out There (2011), tapi sayangnya responnya biasa aja. Scott Sellers dan Clark Domae tetap solid, tapi chemistry awal agak susah buat dikembalikan. Di tahun-tahun berikutnya, Rufio vakum lagi dan akhirnya bubar secara tidak resmi.
Apa yang Bikin Rufio Tetap Spesial?
1. Teknikal Tapi Tetap Catchy
Gitar dua lapis mereka tuh nggak asal petik. Banyak teknik kayak palm muting, tapping, dan harmoni yang bikin kuping seneng. Tapi lagu-lagunya tetap bisa lo nyanyiin rame-rame.
2. Vokal Khas Scott Sellers
Scott punya suara tinggi yang unik, bisa galau, bisa marah, bisa ceria. Vokal dia tuh jadi salah satu identitas paling kuat Rufio.
3. Energi Anak Muda yang Nggak Gimmicky
Rufio tuh kayak band yang lo percaya emang suka musik, bukan karena pengen hits doang. Mereka kayak anak-anak yang beneran main band karena cinta musik, bukan ngejar top chart.
Warisan Rufio di Dunia Pop Punk
Walaupun nama Rufio nggak segede Blink-182, Simple Plan, atau Fall Out Boy, mereka punya pengaruh besar ke scene underground pop punk dan emo revival. Band-band kayak Knuckle Puck, The Story So Far, dan Belmont secara gak langsung mewarisi gaya tight guitar riff + catchy chorus ala Rufio.
Dan kalau lo tanya banyak musisi pop punk generasi sekarang, banyak dari mereka yang ngaku Perhaps, I Suppose… adalah album formative waktu mereka belajar bikin lagu.
Where Are They Now?
Scott Sellers masih aktif di musik. Dia punya proyek solo dan sempat nge-remake beberapa lagu Rufio dengan gaya akustik atau stripped-down.
Mike Jimenez sempat bikin band baru bernama Science Fiction Theater, dan Clark juga tetap main musik di beberapa proyek lokal.
Meskipun Rufio belum reuni resmi, fans mereka masih solid. Di internet masih banyak forum dan Reddit thread yang ngebahas mereka, nungguin reuni, atau sekadar nostalgia bareng.
Rufio Itu Hidden Gem Pop Punk
Kalau lo demen band pop punk yang:
-
Punya riff gitar teknikal
-
Vokal emosional
-
Lirik galau tapi nggak lebay
-
Energi tinggi tanpa harus teriak-teriak
…maka Rufio adalah harta karun yang harus lo gali. Mereka punya semua elemen yang bikin musik jadi menyenangkan tapi tetap punya kedalaman.
Rekomendasi buat lo yang mau mulai dengerin Rufio:
-
Perhaps, I Suppose… – buat ngerasain energi mentah khas mereka.
-
MCMLXXXV – versi lebih matang dan catchy.
-
The Comfort of Home – kalau lo suka tantangan dan vibe yang lebih gelap.