
Kalau lo tumbuh besar di era awal 2000-an dan sering nongkrong di MySpace, kemungkinan besar lo pernah denger nama Aiden. Band asal Seattle yang satu ini emang jadi salah satu ikon emo/horror punk/rock gothic yang cukup nyentrik, tapi punya fanbase setia dan pengaruh yang nggak bisa dibilang kecil. Dari gaya panggung yang theatrical ala film horor sampai lagu-lagu yang penuh emosi, Aiden berhasil ninggalin jejak unik di dunia musik alternatif.
Di artikel ini kita bakal bahas sejarah mereka, album-album penting, kenapa mereka bisa jadi kultus tersendiri, dan kenapa sampai sekarang nama Aiden masih terus disebut di forum-forum nostalgia anak emo.
Awal Mula: Dari Kuburan ke Panggung
Aiden dibentuk tahun 2003 di Seattle, kota yang juga jadi rumah buat band-band legendaris kayak Nirvana dan Soundgarden. Tapi Aiden datang bukan buat bawa nuansa grunge—mereka datang bawa suasana kuburan. William Francis alias WiL Francis, sang vokalis sekaligus frontman, punya misi buat bikin band yang nggak cuma nyanyi soal patah hati, tapi juga soal kematian, depresi, neraka, dan semua hal gelap yang biasanya lo denger dari Marilyn Manson atau Misfits.
Nama “Aiden” sendiri katanya diambil dari nama karakter anak kecil di film horor The Ring. Nggak heran sih, karena emang sejak awal image mereka udah kental banget sama nuansa horor: dari make-up putih pucat, rambut acak-acakan, sampai visual-visual pentagram dan darah-darahan.
Debut Album: Our Gangs Dark Oath (2004)
Album pertama mereka, Our Gangs Dark Oath, bisa dibilang masih agak kasar secara produksi, tapi di sinilah karakter Aiden mulai terbentuk. Lagu-lagu kayak “World By Storm” atau “Pale Horse Apocalypse” udah nunjukin gimana mereka menggabungkan punk cepat ala AFI dengan lirik yang gelap dan penuh teriakan histeris.
Album ini dirilis secara independen sebelum akhirnya Aiden dikontrak Victory Records—label yang dulu juga nanganin band-band emo dan post-hardcore gede kayak Hawthorne Heights dan Silverstein.
Meledak Lewat Nightmare Anatomy (2005)
Nah, Nightmare Anatomy inilah yang bikin Aiden bener-bener meledak di skena. Album ini ngebawa lagu-lagu kayak “Die Romantic” dan “The Last Sunrise” yang jadi anthem buat anak-anak emo yang suka nangis di pojokan kamar sambil pakai eyeliner tebal.
Secara musikal, album ini kayak kombinasi antara horror punk, post-hardcore, dan gothic rock. Vokal WiL makin mantap, scream-nya makin tajam, dan liriknya makin depresif. Tapi justru di situlah daya tariknya. Mereka kayak ngasih suara buat generasi yang ngerasa kesepian dan disalahpahami. Dan jangan lupa, era ini juga jadi masa keemasan MySpace, di mana tampilan profil lo belum lengkap kalo belum ada lagu Aiden di autoplay.
Eksplorasi dan Evolusi: Conviction (2007)
Masuk ke album ketiga, Conviction, Aiden mencoba keluar dari zona nyaman. Di sini mereka mulai ninggalin scream dan teriakan agresif, diganti sama nuansa dark pop-rock yang lebih “dewasa”. Lagu kayak “One Love” dan “Moment” terdengar jauh lebih bersih dan melodius. Fans ada yang suka, ada juga yang merasa kecewa karena “ke-emosian” dan intensitas Aiden berkurang.
Tapi satu hal yang jelas, Aiden nggak takut bereksperimen. Mereka nggak mau stuck di satu genre. Dan ini nunjukin kalau mereka emang musisi yang berani ambil risiko, meskipun konsekuensinya adalah ditinggal sebagian fans lama.
Kembali ke Akar Gelap: Knives (2009) dan Disguises (2011)
Setelah Conviction, Aiden balik lagi ke akar kegelapan mereka lewat Knives dan Disguises. Di sini scream dan tema-tema penuh darah dan neraka kembali hadir. “Scavengers of the Damned”, “Killing Machine”, dan “Hysteria” jadi bukti kalau Aiden belum kehilangan tajinya.
Menariknya, di Disguises, mereka mulai main-main dengan elemen industrial dan elektronik. Aiden makin terdengar seperti campuran antara The Used, Rob Zombie, dan Slipknot versi minimalis. Masih serem, tapi lebih eksperimental.
Some Kind of Hate dan Perpisahan
Di tahun 2011, mereka ngerilis Some Kind of Hate, yang lebih terasa kayak kompilasi dari semua gaya yang pernah mereka mainin. Nggak begitu standout dibanding album-album sebelumnya, tapi tetap punya vibe Aiden yang kuat.
Tahun 2015, Aiden mengumumkan kalau mereka akan merilis satu album self-titled terakhir, dan setelah itu bubar. Album ini dirilis gratis sebagai salam perpisahan untuk fans. Walaupun udah nggak ada label besar yang dukung, WiL dan kawan-kawan tetap bikin musik karena cinta, bukan cuan.
Warisan dan Pengaruh Aiden
Oke, secara komersial Aiden emang nggak sebesar My Chemical Romance atau Fall Out Boy. Tapi dalam komunitas horror punk dan emo, mereka punya tempat spesial. Mereka adalah suara dari anak-anak yang suka hal gelap, tapi juga punya hati lembut. Aiden ngajarin kita bahwa nggak apa-apa kok jadi “aneh”, selama lo jujur sama diri sendiri.
Dan WiL Francis sendiri masih aktif di dunia musik lewat proyek solonya, William Control, yang lebih fokus ke darkwave dan synthpop dengan lirik-lirik yang tetap suram. Jadi, meskipun Aiden udah nggak aktif, jiwanya masih berkeliaran di dunia musik.
Kenapa Lo Harus Dengerin Aiden (Kalau Belum Pernah)
Kalau lo suka band-band kayak AFI, The Used, atau bahkan HIM, Aiden bisa jadi harta karun yang belum lo temukan. Musik mereka punya perpaduan energi liar, vokal penuh emosi, dan lirik yang bisa bikin lo merenung atau… headbang!
Mereka cocok banget buat lo yang:
-
Lagi butuh soundtrack buat malam-malam insomnia
-
Suka nuansa musik horor tapi tetap catchy
-
Mau nostalgia zaman emo tapi udah bosan sama lagu mainstream
Aiden mungkin bukan band terbesar, tapi mereka salah satu yang paling autentik. Mereka nggak pernah takut tampil beda, ngomongin hal-hal gelap, dan jadi suara buat orang-orang yang ngerasa “alien” di dunia ini. Mereka adalah bukti bahwa musik nggak harus selalu ceria buat bisa menyentuh hati orang.
Jadi, kalau lo belum pernah nyicipin musik Aiden, sekarang saatnya. Siapkan eyeliner, matikan lampu kamar, dan putar “Die Romantic” kenceng-kenceng. Siapa tahu lo juga jatuh cinta sama band ini kayak ribuan fans mereka dulu.