
Kalau lo tumbuh besar di awal tahun 2000-an dan suka musik rock yang liar, mentah, dan gak pake basa-basi, pasti pernah dengerin The Vines. Band asal Sydney, Australia ini mungkin bukan yang paling mainstream, tapi mereka punya gaya yang khas banget: campuran antara grunge, garage rock, dan psychedelic yang dibungkus dengan energi mentah dan kadang… ya, nyaris kacau.
Tapi justru di situlah daya tarik mereka. The Vines itu band yang jujur, gak banyak mikir soal gimmick, dan selalu total dalam bermusik, walaupun kadang bikin orang bingung juga. Jadi, yuk kita gali lebih dalam soal siapa mereka, kenapa mereka sempat jadi “the next big thing”, dan apa yang bikin mereka beda.
Awal Mula: Dari Garasi ke MTV
The Vines dibentuk tahun 1994 di Sydney oleh Craig Nicholls, sang vokalis sekaligus penulis lagu utama. Formasi awalnya sempat gonta-ganti, tapi yang paling dikenal adalah:
-
Craig Nicholls – vokal, gitar, otak di balik semua kekacauan indah ini
-
Patrick Matthews – bass
-
Hamish Rosser – drum
-
Ryan Griffiths – gitar ritme
Nama “The Vines” diambil dari nama band ayahnya Craig, “The Vynes”, yang sempat aktif di era 60an. Jadi, bisa dibilang musik udah ngalir di darah Craig sejak kecil.
Musik The Vines: Grunge, Britpop, dan Sedikit Psikedelik
Gaya musik The Vines sering dibandingin sama Nirvana, The Strokes, Oasis, dan bahkan The Beatles. Mereka punya suara grunge yang kotor dan kasar, tapi juga gak takut bikin lagu slow yang manis dan dreamy.
Bayangin Nirvana yang lagi nyanyi lagu Beatles sambil ngerusak panggung. Kurang lebih begitu vibe-nya.
Beberapa lagu mereka yang ikonik:
-
“Get Free”
Lagu paling nge-gas dari mereka. Sekali denger, langsung teriak, “I just wanna get free!” Lagu ini bikin The Vines dikenal di seluruh dunia. -
“Outtathaway!”
Lagu beringas dengan tempo cepat dan attitude ‘gue gak peduli’. Lagu wajib buat lo yang pengen ngamuk di kamar sendiri. -
“Autumn Shade”
Lagu mellow yang nunjukin sisi psychedelic mereka. Tenang, melankolis, dan agak-agak absurd.
Album Debut: Highly Evolved (2002) – Meledak di Mana-mana
Album pertama mereka, Highly Evolved, rilis tahun 2002 dan langsung meledak. Banyak media nyebut The Vines sebagai bagian dari “The New Rock Revolution” bareng The Strokes, The Hives, dan The White Stripes.
Album ini dapet pujian dari kritikus dan fans. NME bahkan pernah bilang Craig Nicholls sebagai “the new Kurt Cobain.” Itu klaim yang gede banget, tapi emang Craig punya aura dan kegilaan yang mirip.
Lagu-lagu kayak “Get Free”, “Outtathaway!”, dan “Homesick” jadi hits di radio dan MTV. Mereka sempat tampil di MTV Video Music Awards, David Letterman, dan bahkan Rolling Stone naro mereka di cover majalah.
Tapi Gak Lama Kemudian… Semua Jadi Kacau
Nah, di sinilah mulai kelihatan sisi liar The Vines yang sebenernya. Craig Nicholls punya kepribadian yang eksentrik banget. Dia sering ngamuk di panggung, ngebanting alat musik, bahkan pernah maki-maki penonton sendiri.
Tahun 2004, kelakuannya makin gak terkendali dan bikin bandnya diambang bubar. Akhirnya terungkap kalau Craig didiagnosis Asperger’s Syndrome. Banyak hal yang sebelumnya dianggap “gila” ternyata bagian dari kondisi mental yang belum dia sadari sejak lama.
Meski begitu, The Vines gak bubar. Mereka terus bikin musik, walau dengan formasi yang berubah-ubah.
Album Lainnya: Gak Setenar yang Pertama, Tapi Tetap Solid
Setelah Highly Evolved, mereka rilis beberapa album lagi, seperti:
-
Winning Days (2004) – agak lebih mellow dan banyak unsur psychedelic
-
Vision Valley (2006) – lebih ke arah straight-forward rock
-
Melodia (2008), Future Primitive (2011), dan Wicked Nature (2014) – tetap konsisten meski gak se-booming dulu
Album-album ini emang gak sebesar debut mereka, tapi tetap punya warna yang khas. Craig tetap jadi penulis lagu utama dan menjaga kejujuran musik mereka.
Gak Terlalu Komersil, Tapi Punya Penggemar Setia
The Vines mungkin gak jadi band stadion atau chart-topper setelah album pertama, tapi mereka punya penggemar loyal yang tetap dukung musik mereka sampai sekarang. Musik mereka kayak punya magnet buat orang-orang yang suka rock yang “mentah dan tanpa filter”.
Banyak band indie dan alternatif generasi baru yang ngaku terinspirasi dari The Vines, terutama dalam hal sikap no compromise mereka.
The Vines Hari Ini: Masih Ada, Masih Bikin Musik
Craig Nicholls masih aktif berkarya meski lebih low-key. Dia pernah bilang dia bikin musik bukan buat ketenaran, tapi karena memang itu cara dia survive. The Vines sempat hiatus, tapi juga sempat tampil di beberapa gig kecil di Australia.
Mereka juga aktif di media sosial buat update kabar atau sekadar nostalgia bareng fans.
Kenapa Lo Harus Dengerin The Vines?
-
Energi mentah dan jujur – Musik mereka gak dibuat buat nyenengin pasar, tapi buat nunjukin perasaan sebenarnya.
-
Campuran gaya unik – Ada grunge, garage rock, Britpop, sampai nuansa psychedelic.
-
Lagu-lagu yang bisa lo teriakin di kamar – Serius, “Outtathaway!” itu anthem buat semua orang yang lagi muak sama dunia.
-
Mereka bagian penting dari rock 2000-an – Gak bisa ngomongin era itu tanpa nyebut The Vines.
The Vines, Kekacauan yang Indah
The Vines bukan band sempurna — justru karena itulah mereka jadi menarik. Mereka adalah representasi dari musisi yang gak takut jadi dirinya sendiri, bahkan ketika itu bikin mereka dikucilkan atau dianggap “aneh”.
Kalau lo bosen sama musik yang terlalu rapi dan dibikin demi algoritma, saatnya balik ke The Vines. Putar “Get Free”, tarik napas, dan siap-siap loncat dari tempat duduk lo.