Kalau ngomongin musik punk hardcore, nggak mungkin nggak nyebut Black Flag. Band ini adalah salah satu pionir dari skena hardcore punk yang berkembang di akhir 70-an dan awal 80-an. Dibentuk oleh Greg Ginn di Hermosa Beach, California, Black Flag dikenal dengan musiknya yang kasar, lirik yang penuh amarah, dan semangat DIY (Do It Yourself) yang kental.
Black Flag punya beberapa vokalis sebelum akhirnya Henry Rollins bergabung. Keith Morris (yang kemudian membentuk Circle Jerks), Ron Reyes, dan Dez Cadena sempat mengisi posisi ini. Tapi ketika Rollins masuk, Black Flag berubah jadi monster yang lebih brutal dan agresif dari sebelumnya.
Henry Rollins: Sosok yang Mengubah Black Flag
Henry Rollins, yang nama aslinya Henry Lawrence Garfield, awalnya hanyalah seorang fans fanatik Black Flag. Dia tinggal di Washington D.C. dan sering menghadiri konser hardcore. Saat Black Flag manggung di New York, Rollins yang masih bekerja di toko es krim naik ke panggung untuk menyanyikan satu lagu. Greg Ginn terkesan dengan energi dan kegilaan Rollins, lalu menawarkannya posisi vokalis tetap.
Sejak saat itu, Henry Rollins menjadi wajah baru Black Flag. Dengan tubuh berotot, kepala plontos, dan ekspresi wajah yang penuh amarah, Rollins benar-benar membawa energi yang lebih liar ke band ini. Dia nggak cuma sekadar menyanyi, tapi juga menghidupkan setiap lagu dengan intensitas yang bikin siapapun yang menonton konser mereka ikut terbakar semangatnya.
Album-Albums Era Henry Rollins
Setelah Rollins bergabung, Black Flag mengeluarkan beberapa album yang mengubah lanskap hardcore punk. Berikut beberapa album paling berpengaruh dari era Rollins:
1. Damaged (1981)
Ini adalah album pertama Black Flag dengan Henry Rollins sebagai vokalis, dan bisa dibilang yang paling legendaris. Lagu seperti “Rise Above,” “Gimme Gimme Gimme,” dan “TV Party” jadi anthem punk yang masih relevan sampai sekarang. Suara Rollins yang penuh kemarahan ditambah dengan riff gitar Greg Ginn yang kacau menjadikan album ini salah satu rilisan punk terbaik sepanjang masa.
2. My War (1984)
Di album ini, Black Flag mulai bereksperimen dengan tempo yang lebih lambat dan sound yang lebih berat. “My War” terdengar lebih depresif dibanding album sebelumnya, dengan lagu-lagu seperti “Nothing Left Inside” dan “Three Nights” yang punya nuansa sludge metal. Album ini awalnya membuat banyak fans hardcore bingung, tapi akhirnya dihargai sebagai karya yang berani dan inovatif.
3. Slip It In (1984)
Album ini makin memperjelas pergeseran musik Black Flag ke arah yang lebih eksperimental. Dengan lirik yang provokatif dan musik yang lebih kompleks, “Slip It In” menampilkan Rollins dalam performa vokal yang semakin agresif. Lagu-lagu seperti “Black Coffee” dan “Rat’s Eyes” menunjukkan bagaimana band ini terus berkembang di luar batasan punk konvensional.
4. Loose Nut (1985) & In My Head (1985)
Di dua album terakhir ini, Black Flag semakin menjauh dari sound hardcore punk awal mereka. Mereka memasukkan unsur blues dan heavy metal ke dalam musik mereka, yang membuat beberapa fans lama kecewa. Tapi buat yang bisa menghargai eksperimen musik, album ini tetap punya banyak hal menarik untuk ditawarkan.
Henry Rollins: Lebih dari Sekadar Vokalis
Setelah Black Flag bubar pada tahun 1986, Henry Rollins nggak berhenti berkarya. Dia membentuk Rollins Band, yang mengusung musik yang lebih ke arah alternative metal dan post-hardcore. Lagu seperti “Liar” dari album Weight (1994) membuktikan bahwa Rollins tetap bisa membawa energi yang sama ke proyek solonya.
Selain musik, Rollins juga dikenal sebagai penulis, aktor, dan pembicara publik. Dia menulis beberapa buku yang berisi kumpulan pemikirannya tentang kehidupan, perjalanan, dan politik. Dia juga sering melakukan spoken word tour, di mana dia berbicara secara langsung dengan audiens tentang berbagai topik dengan gaya yang lugas dan penuh humor gelap.
Warisan Black Flag dan Henry Rollins
Black Flag mungkin bukan band yang menghasilkan jutaan dolar atau masuk ke tangga lagu pop, tapi pengaruh mereka terhadap dunia musik sangat besar. Mereka membuka jalan bagi band-band hardcore punk lainnya, seperti Minor Threat, Bad Brains, dan Dead Kennedys.
Sementara itu, Henry Rollins tetap menjadi ikon budaya yang dihormati. Dia nggak cuma dikenal sebagai musisi, tapi juga sebagai sosok yang nggak takut menyuarakan pendapatnya tentang isu-isu sosial dan politik. Dengan karir yang terus berjalan, dia membuktikan bahwa punk bukan cuma soal musik, tapi juga soal sikap dan mentalitas.
Henry Rollins dan Black Flag adalah simbol perlawanan dalam dunia musik. Dari lirik yang penuh kemarahan, konser yang penuh energi, sampai semangat DIY yang mereka bawa, semuanya menunjukkan bahwa musik bisa jadi alat untuk melawan sistem dan menyuarakan ketidakpuasan.
Kalau kamu belum pernah mendengarkan Black Flag, coba mulai dari album Damaged dan rasakan sendiri energi mentah yang mereka bawa. Dan kalau kamu mau tahu lebih jauh tentang Henry Rollins, cek juga karya-karya solonya, baik dalam musik maupun tulisan.
Intinya, Black Flag dan Henry Rollins bukan sekadar sejarah punk—mereka adalah inspirasi bagi siapa saja yang berani melawan arus!